Sabtu, 07 Agustus 2010

Kebudayaan Sebagai Pembentuk Karakter Bangsa di Era Glogalisasi*

Kebudayaan Sebagai Pembentuk Karakter Bangsa di Era Glogalisasi*
Edi Kurniawan*
Kehadiran globalisasi tentunya mempunyai dampak bagi kehidupan bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut bisa meliputi dua sisi yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif nya adalah memberikan seluas-luasnya transformasi informasi dan teknologi. Sedangkan dampak negatifnya adalah tereduksinya nilai-nilai kebudayaan yang semestinya menjadi karakter setiap bangsa. Pengaruh globalisasi diberbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, maupun sosial dan kebudayaan yang nantinya akan mempengaruhi nilai-nilai budaya bangsa. Kondisi kemajuan pengaruh globalisasi yang cepat dan ketat menutut setiap negara untuk berbenah diri dalam persaingan tersebut.
Arus globalisasi memberikan dampak yang cukup luas bagi masyarakat Indonesia. Kenapa tidak? Jika kita melihat para orang tua dulu tidak perlu kuatir dengan anak-anak mereka akan terpengaruh dengan budaya barat, karena ini justru bertentangan dengan budaya Timur, sekarang justru sebaliknya orang tua sulit mengendalikan dan tidak ada yang tidak resah. Pengaruh arus globalisasi tidak hanya menembus batas-batas Negara, tetapi telah memasuki ranah individu (pribadi). Salah satu permasalahan kecanggihan teknologi sebagai bahagian dari kebudayaan globalisasi tidak diperuntukan sebagaimana fungsinya.
Permasalahan intern dalam negeri pun belum lah menemukan titik terang. Setelah pasca reformasi lebih kurang 12 tahun, Indonesia masih memiliki segudang kendala dalam membangun bangsa ini. Semangat reformasi yang diidam-idamkan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan diharapkan dapat menyembuhkan “penyakit” degradasi moril bangsa ini serta menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, ternyata belum lah apa-apa. Bahkan, bisa dikatakan pemerintahan pasca reformasi dengan pemerintah orde baru tidaklah memiliki perbedaan yang cukup besar. Indonesia merupakan salah satu Negara yang masih bertengger dalam Negara terkorup di Asia maupun di Dunia. Sebutlah misalnya, Politik uang (money politics), angka korupsi yang tinggi, tindakan anarkis, gejolak dari kelompok maupun golongan yang siap mengancam NKRI, redupnya karakter heroic, melemahnya rasa persaudaraan, dan semakin tajamnya individualisme. Akibatnya, Jati diri dan karakter bangsa Indonesia di semua lini, mulai dari aspek individu, masyarakat, pengambil kebijakan, serta seluruh elemen yang ada mengalami disorientasi.
Nilai-nilai budaya, pendidikan dan Karakter
Kondisi kemajuan teknologi dan informasi yang berlangsung cepat dan ketat di era globalisasi ini menuntut kita untuk dapat mempersiapkan dalam persaingan tersebut. Bangsa ini perlu berbenah diri dengan memperhatikan sumber daya manusia (SDM) dan penguatan nilai-nilai karakter budaya bangsa untuk mampu bersaing dalam kompetisi tersebut.
Yang menjadi permasalahan yang mencuat kepermukaan dalam aspek pendidikan, dintaranya:
1. Aspek Individu masih lemahnya inisiatif atau motivasi pribadi. Jika aspek ini mampu mereduksi semua kemauan yang ada maka penerimaan dari aspek lainya akan sangat mudah.
2. Aspek pendidikan formal/sekolah mengalami berbagai permasalahan,antara lain: kurikulum overload, kualitas dan kuantitas pendidik yang kurang memadai, anggaran, fasilitas dan yang lainnya. Seharusnya sekolah memeliki relevansi yang kuat dalam pembentuk karakter bangsa dari nilai-nilai budaya yang ditanamkan sejak dini. Namun, realitanya sekolah justru sebagai transfer of knowledge dari pada sense of character building.
3. Aspek Pendidikan Keluarga/Informal sebagai salah satu aspek yang menentukan. Keluarga yang mampu memberikan kenyamanan pendidikan Comfortable place nantinya bisa menunjang pemahaman urgensi pentingnya pendidikan dan values of culture (nilai-nilai budaya).
4. Aspek Pendidikan Non formal/masyarakat.

Dari semua permasalahan diatas, maka perlu adanya tindakan/solusi yang tepat dan strategis dalam penguatan jati diri dan nilai-nilai budaya sebagai landasan integral pendidikan kebudayaan. Tentunya mesti melibatkan semua pihak baik itu individu, pendidikan formal, keluarga, masyarakat, pemerintah dan pelaku budayawan sendiri. Maka seharusnya, semua permasalahn tersebut tidak di tanggapi dengan arti parsial, akan tetapi lebih komprehensif yang nantinya bisa memberikan pemahaman dan penyadaran yang merata dalam pembangunan karakter dan jati diri bangsa.

Pelestarian nilai-nilai budaya penguat jati diri bangsa.

Untuk memahami tentang nilai-nilai budaya secara utuh, maka perlu kita memahami pengertian kebudayaan dalam kehidupan sosial serta makhluk budaya. Salah satu definisi yang pernah diberikan oleh Tylor menyebutkan bahwa kebudayaan adalah kompleksitas keseluruahn dari pengetahuan, keyakinan, moral, hokum, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Sederhanya, sesuatu yang dipelajari masyarakat dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota masyarakat. Selanjutnya dari Kamus Besar Indonesia mendefenisikan:
(a) kebudayaan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, antara lain kepercayaan, keseniaan, dan adat istiadat;
(b) Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan dan pengalamannya serta yang menjadi pedoman tingkah lakunya (suatu pendekatan antropologi).

Untuk mentransformasikan pelestarian nilai-nilai budaya bangsa kepada seluruh komponen masyarakat bangsa ini. Ada empat komponen yang cukup strategis,antara lain;
1. Komponen Pelaku Budaya, komponen ini merupakan pemain utama dalam pelestarian budaya.
2. Komponen Akademisi yang mengkaji dan meneliti sejauh mana peran dari budaya tersebut mampu diterjemahkan kemasyarakat. Mulai dari tingkat Sekolah (Guru dan Siswa), Universitas (Dosen dan Mahasiswa) dan komponen akademis (termasuk LSM) yang fokus pada penelitian kebudayaan.
3. Komponen Pengambil Kebijakan, baik itu pemerintah (Eksekutif) maupun Legislatif (DPR). Selama ini RUU Kebudayaan belumlah mampu mengakomodir seluruh komiditi yang ada dan definisinya masih terlalu luas. Perlu ketegasan dalam penyusunan RUU Kebudayaan ini kembali, sebelum pengesahan dilakukan.
4. Komponen masyarakat, penerimaan masyarakat yang baik terhadap pengenalan dan penyadaran tentang pelestarian kebudayaan sangat membantu dari seluruh elemen yang ada. Apalah artinya jika aspek Pelaku Budaya, Akademisi, Pengambil Kebijakan telah melaksanakan fungsinya namun masyarakat tidak menerima. Maka dibutuhkan balancing keseimbangan dari seluruh komponen yang ada.

Jati diri manusia sebagai makhluk sempurna terletak pada pembentukan karakternya berdasarakan keseimbangan dan pengembangan daya-daya yang dianugrahkan Allah Swt melalui asal kejadianya antara tanah yang membentuk jasmani dan ruhani yang melahirkan butir-butir daya nalar, daya kalbu dan daya hidup. Jati diri manusia sebagai makhluk sempurna bisa diwujudkan melalui dari pembentukan karakternya berdasarkan keseimbangan antara unsur-unsur tersebut sehingga bisa melahirkan jiwa yang kuat dan konsisten sesuai kemanusiaan manusia, memiliki integritas, dedikasi dan loyalitas, baik hubungan horizontal dan vertical antara Allah Swt dan sesama manusia.

Peran ILMIBSI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Budaya dan Sastra Se-Indonesia) dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa

ILMIBSI sebagai salah satu lembaga yang focus terhadap persoalan-persoalan pendidikan budaya dan karakter (nation and character building) bangsa memliki peranan penting dalam beberapa dekade belakangan ini. Peran ini tidak terlepas dari maksud dan tujuan pendirian lembaga ini. Kelahiran ILMIBSI tidak terlepas dari cita-cita dalam rangka memberikan kontribusi serta ide-ide dan gagasannya terhadap permasalahan yang ada pada bangsa ini. Secara umum, factor utama pendorong kelahiran ILMIBSI yang umurnya masih relative muda, bermula dari keprihatinan terhadap melemahnya jati diri dan karakter bangsa. Kegelisahan terhadap pengklaiman produk budaya, pengaruh arus globalisasi, disintegrasi budaya bangsa, serta ketidaksiapan terhadap perkembangan informasi dan teknologi ini merupakan bahagian dari kelahiran lembaga ini.
Untuk mengimplementasikan maksud dan tujuannya, termasuk kaitannya mendukung dan mensukseskan peran dalam pengembangan pendidikan nilai-nilai budaya (values of culture) dan pembentukan karakter bangsa yang konkrit. ILMIBSI melaksanakan usaha-usaha yang dirumuskan dalam beberapa kegiatan di setiap daerah dan provinsi. Dalam sumbangsih dari kegiatan-kegiatan ILMIBSI diantaranya Pengkajian berupa seminar dan diskusi, Koordinasi kondisi perkembangan budaya di daerah-daerah, pelestarian budaya, pengenalan budaya, dll.
Maka dari itu, ILMIBSI mengajak keseluruh masyarakat serta semua komponen yang ada untuk dapat memperkuat nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang nantinya memperkokoh jati diri bangsa.


Penutup
Dari uraian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa permasalahan melemahnya pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai batu bata penyusun jati diri bangsa, dewasa ini mestilah menjadi focus utama semua elemen bangsa kita termasuk para pemimpin, pengambil kebijakan (Eksekutif dan legislative), pendidik, akademisi, tokoh masyarakat, budayawan, pemuda, tokoh agama, etnis, suku maupun semua golongan.
Dengan usaha bersama ini diharapkan, akan terwujud sebuah harapan baru untuk selalu bersama-sama melangkah membangun nilai-nilai luhur budaya sendiri dalam menumbuhkembangkan karakter dan jati diri bangsa ini. Dengan demikian masalah dan usaha membangun karakter bangsa melalui pendekatan pendidikan, budaya, dan agama menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama dari berbagai semua level yang ada.
Diantara usaha yang mampu kita lakukan dalam rangka menata kembali pengenalan dan pembinaan karakter bangsa adalah melalui pendidikan ,penguatan budaya bangsa, implementasi nilai-nilai budaya/moral, penguatan ruhiyah dan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, keteladanan didalam masyarakat, dll.
Disini, sebagai perwakilan pemuda/mahasiswa pemerhati jati diri dan karakter bangsa. Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Budaya dan Sastra Se-indonesia (ILMIBSI) kedepannya mampu menjadi orang yang terdepan dalam melahirkan insan-insan inisiator, penggerak maupun penggagas dalam mempertahankan Kebudayaan bangsa indonesia. Tidaklah mungkin budaya bangsa ini dibela oleh bangsa disebrang sana, tidaklah mungkin mereka yang melestarikan nilai-nilai budaya bangsa ini, tiada kata lain kita lah sebagai putra-putri bangsa yang setia membelanya.


End Note
1. Disampaikan dalam Seminar “Kebudayaan Untuk Masa Depan Pendidikan Indonesia oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Andalas, 12 Mei 2010 di Ruang Seminar E Limau Manis.
2. Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Andalas, Gubernur BEM FAK SASTRA UA periode 2008/2009, Wakil Sekjend Ikatan Lembaga Mahasiswa Budaya dan Sastra Se Indonesia.
3.Presiden Mahasiswa BEMKM Unand 10/11

1 komentar:

  1. fun88 slot - Play Online for Free in Demo Mode & Money
    Fun88 casino slots is a live casino game that has been around since 1998. The online 카지노사이트 casino offers a great selection of games and a 카지노사이트 unique fun88 vin casino

    BalasHapus